Foto : CNN Indonesia |
EKSMPLAR.COM, Jakarta - Fenomena angin kencang melanda Jakarta dalam beberapa waktu terakhir.
Simak pemicunya. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa fenomena ini dipicu oleh adanya belokan angin dan konvergensi di atmosfer. Kondisi serupa juga terjadi di sejumlah wilayah Indonesia lainnya.
"Saat ini memang ada fenomena belokan angin dan konvergensi," ujar Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, saat dikonfirmasi pada Senin (2/12).
Selain Jakarta, daerah seperti Aceh, Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, hingga sejumlah wilayah di Kalimantan turut mengalami fenomena ini.
Berdasarkan analisis streamline BMKG pada 3 Desember, daerah-daerah tersebut memiliki potensi signifikan untuk pertumbuhan awan hujan.
Menurut Guswanto, angin kencang terjadi akibat gradien tekanan udara yang tinggi. Gerak angin ini juga dipengaruhi oleh musim.
"Angin kencang terjadi karena gradien tekanan yang tinggi. Angin juga bersifat musiman, seperti angin timuran yang dominan saat musim kemarau dan angin baratan yang terjadi pada musim hujan," jelasnya.
BMKG, melalui laporan Prospek Cuaca Mingguan Periode 3-9 Desember 2024, memprediksi adanya peningkatan hujan lebat di berbagai wilayah, seiring dengan puncak musim hujan.
Fenomena ini didorong oleh dinamika atmosfer yang kompleks, seperti sirkulasi siklonik di Laut Natuna dan Samudera Hindia barat daya Banten, yang memicu pengangkatan massa udara.
Kondisi tersebut, diperkuat oleh kombinasi aktif Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Rossby, Kelvin, dan Low Frequency, mendukung pembentukan awan hujan dengan intensitas tinggi.
BMKG menyebut bahwa masyarakat perlu waspada terhadap kemungkinan cuaca ekstrem yang melibatkan hujan lebat dengan durasi panjang.
"Potensi curah hujan yang signifikan meningkat, sehingga masyarakat di daerah terkait perlu waspada terhadap kemungkinan banjir, genangan air, atau tanah longsor," tambah BMKG.
Wilayah seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, hingga Sulawesi menghadapi risiko lebih besar akibat curah hujan tinggi.
Daerah aliran sungai di sekitar gunung berapi yang aktif juga perlu diwaspadai karena bisa memicu banjir lahar hujan.
BMKG mengimbau masyarakat untuk terus memantau informasi cuaca terkini dan mengambil langkah antisipasi guna menghindari dampak buruk dari fenomena hidrometeorologi.***