Notification

×

Iklan

Iklan


Gunung Lewotobi Meletus: 10 Tewas, Ratusan Mengungsi Akibat Hujan Material Vulkanik

Senin, 04 November 2024 | November 04, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-11-04T13:46:48Z

 

Gunung Lewotobi Meletus 10 Tewas, Ratusan Mengungsi Akibat Hujan Material Vulkanik
Foto : X/PVMBG_

EKSEMPLAR.COM - Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) – Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, NTT, mengalami erupsi dahsyat pada Senin (4/11) dini hari, mengakibatkan 10 orang tewas, puluhan lainnya terluka, serta memaksa lebih dari seribu warga mengungsi. 


Hujan material vulkanik dari letusan ini menyebabkan kerusakan parah di sejumlah desa yang berada dalam radius 7 kilometer dari puncak gunung.


Agustina Oa Kwuta, warga Desa Hokeng Jaya, bercerita tentang momen mencekam saat cucunya tertimpa atap seng yang jatuh akibat hantaman material vulkanik. 


"Seng jatuh, langsung tikam kepala," kata Agustina. Ia mengungkapkan bahwa keluarganya berusaha berlindung dengan masuk ke dalam lemari. 


Namun, cucu laki-lakinya yang berusia lima tahun, Siprianus, ketakutan sehingga tidak ikut masuk. Akibatnya, kepala bagian depan Siprianus terluka cukup parah hingga harus diperban.


Situasi darurat ini mendorong pemerintah setempat menetapkan status tanggap darurat selama 58 hari ke depan. 


Aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi Laki-Laki telah berdampak pada kehidupan ribuan warga, termasuk penutupan empat bandara di Pulau Flores akibat debu vulkanik yang mengganggu jarak pandang.


Kepanikan dan Upaya Evakuasi di Tengah Hujan Material Vulkanik


Di Seminari San Dominggo yang terletak di Hokeng Jaya, Pastor Yosef Dominikus menuturkan pengalamannya saat mengungsikan 232 siswa ke kapela setelah mendengar suara gemuruh dari arah gunung. 


"Sekitar jam 12 malam terjadi letusan besar. Hujan pasir, batu-batu berapi turun begitu banyak," ungkap Pastor Yosef. 


Ia juga menceritakan bagaimana getaran letusan yang kuat membuat kaca jendela pecah dan atap seng bangunan bocor.


BNPB melaporkan bahwa sebanyak enam desa di Kecamatan Wulanggitang, empat desa di Kecamatan Ile Bura, dan satu desa di Kecamatan Titehena mengalami dampak paling parah. 


"Masyarakat di tiga desa, yakni Dulipali, Klatanlo, dan Hokeng Jaya, sudah dievakuasi ke titik pengungsian di Desa Konga, Bokang, dan Leolaga," ujar Kepala BPBD Flores Timur, Redynandus Misenti Moat Aeng. 


Berdasarkan data BPBD per Senin petang, jumlah pengungsi tercatat mencapai 1.403 orang, dengan rincian 616 orang mengungsi di Desa Bokang dan 787 orang di Desa Konga.


Kendala dalam Proses Evakuasi dan Potensi Korban Bertambah


Evakuasi korban terdampak mengalami hambatan serius akibat tebalnya debu vulkanik yang menutup jalan dan menghalangi akses masuk ke rumah-rumah warga. 


"Rumah-rumah itu sulit kita masuk karena debu-debu yang begitu tebal, jalan-jalan juga masih sulit kita lalui," ungkap AKP Ridwan, Kabaops Polres Flores Timur. 


Pihak berwenang memprediksi jumlah korban kemungkinan akan bertambah, terutama karena satu desa, yakni Desa Ilepati, masih belum tersisir secara menyeluruh.


Humas BNPB, Abdul Muhari, dalam keterangan persnya pada Senin (4/11) pukul 10.20 WIB, menyatakan bahwa "Jumlah korban jiwa yang terkonfirmasi mencapai 10 orang." 


Sepuluh korban tersebut terdiri dari empat pria dan enam perempuan, seluruhnya telah berhasil diidentifikasi.


Masyarakat yang berada di wilayah terdampak, khususnya di aliran sungai berhulu di puncak Gunung Lewotobi Laki-Laki, juga diimbau untuk waspada terhadap potensi banjir lahar jika intensitas hujan meningkat dalam beberapa hari mendatang. 


Hingga kini, kondisi cuaca yang tidak menentu dan gemuruh yang masih terdengar dari arah gunung membuat warga khawatir akan adanya letusan susulan.


Peristiwa ini mengundang keprihatinan mendalam dari berbagai pihak, termasuk dari netizen di media sosial. 


“Semoga para pengungsi bisa mendapat bantuan dan tempat yang layak,” tulis salah seorang pengguna Twitter. 


Sementara itu, sebagian lainnya mempertanyakan kesiapan pemerintah daerah dalam menghadapi situasi bencana semacam ini.


Dengan situasi yang masih berpotensi memburuk, masyarakat diharapkan terus mengikuti instruksi dan peringatan dari pihak berwenang demi menjaga keselamatan diri.***