Notification

×

Iklan

Iklan


Tupperware Ajukan Kebangkrutan: Menghadapi Krisis Penjualan dan Biaya Produksi

Rabu, 18 September 2024 | September 18, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-09-18T11:53:04Z

 

Tupperware Ajukan Kebangkrutan Menghadapi Krisis Penjualan dan Biaya Produksi

EKSEMPLAR.COM - Tupperware Brands Corp, perusahaan produsen kotak makanan ikonik asal Amerika Serikat, resmi mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11 setelah mengalami penurunan penjualan yang signifikan. 


Pada Selasa (17/9/2024), Tupperware mengajukan kebangkrutan ke Pengadilan Kepailitan AS untuk Distrik Delaware, bersama dengan beberapa anak perusahaannya yang juga terkena dampak.


Lonjakan Biaya Produksi dan Penurunan Permintaan


Penurunan penjualan Tupperware sudah terjadi sebelum pandemi Covid-19, namun pandemi sempat memberi angin segar bagi perusahaan. 


Ketika banyak orang memilih untuk tinggal di rumah, permintaan akan wadah plastik kedap udara meningkat. 


Namun, setelah pandemi, Tupperware menghadapi berbagai tantangan. Salah satu faktor yang mendorong kebangkrutan adalah lonjakan biaya bahan baku seperti resin plastik, serta biaya tenaga kerja dan pengiriman. Hal ini mengakibatkan margin keuntungan perusahaan terus tertekan.


Laurie Ann Goldman, CEO Tupperware Brands Corp, menyatakan bahwa posisi keuangan perusahaan telah terpukul parah akibat kondisi ekonomi makro yang menantang. 


Ia juga mengungkapkan bahwa perusahaan telah melanggar ketentuan utang sehingga membutuhkan penasihat hukum dan keuangan untuk membantu mengelola situasi.


Dampak Kebangkrutan dan Restrukturisasi


Berdasarkan pengajuan kebangkrutan, Tupperware mencatatkan aset sebesar USD 500 juta hingga USD 1 miliar, dengan liabilitas yang mencapai USD 1 miliar hingga USD 10 miliar. 


Dalam upaya untuk membalikkan keadaan, Tupperware sudah berusaha melakukan restrukturisasi utang sejak 2021, ketika perusahaan melaporkan penurunan penjualan selama enam kuartal berturut-turut.


Pada 2023, perusahaan berhasil menyelesaikan perjanjian dengan pemberi pinjaman dan bermitra dengan bank investasi Moelis & Co untuk mengeksplorasi alternatif strategis. 


Namun, upaya ini belum mampu menstabilkan bisnis. Tupperware bahkan terpaksa menutup satu-satunya pabriknya di Carolina Selatan pada 2024, yang mengakibatkan pemutusan hubungan kerja (PHK) sebanyak 148 karyawan.


Popularitas Menurun di Kalangan Konsumen Muda


Didirikan pada 1946, Tupperware telah menjadi merek yang dikenal di seluruh dunia selama hampir 80 tahun. 


Namun, dalam beberapa tahun terakhir, merek ini kehilangan daya tarik di kalangan konsumen muda. Penurunan popularitas ini turut memengaruhi penurunan permintaan akan produk Tupperware.


Di pasar saham, Tupperware juga terus mengalami penurunan tajam. Saham perusahaan telah turun hingga 50% pada awal Maret 2024, dan jika dilihat dalam jangka waktu setahun, sahamnya merosot hingga 90%. 


Kondisi keuangan Tupperware semakin parah, dan perusahaan menyatakan bahwa mereka tidak memiliki dana yang cukup untuk mendanai operasional jika situasi terus berlanjut.


Masa Depan Tupperware


Meskipun menghadapi situasi sulit, Tupperware masih berharap dapat keluar dari krisis ini melalui restrukturisasi dan dukungan penasihat keuangan. 


Namun, dengan berbagai tantangan yang dihadapi, termasuk perubahan perilaku konsumen dan biaya produksi yang tinggi, masa depan merek legendaris ini masih belum pasti.


Informasi ini disadur dari berbagai sumber, bertujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca setia Eksemplar.com.***