Notification

×

Iklan

Iklan


Majalengka Siaga Menghadapi Kekeringan: 150 Ribu Warga Terancam Dampak

Sabtu, 10 Agustus 2024 | Agustus 10, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-08-10T14:20:09Z

 

Majalengka Siaga Menghadapi Kekeringan 150 Ribu Warga Terancam Dampak
Foto : MetroTv News

EKSEMPLAR.COM - Kabupaten Majalengka kini memasuki masa siaga darurat bencana kekeringan serta kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang berlaku sejak 1 Juni hingga 31 Oktober 2024. 


Keputusan ini diambil berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati Majalengka Nomor 100.3.3.2/KEP.607-BPB/2024, sebagai langkah antisipasi terhadap potensi bencana yang diprediksi akan terjadi selama musim kemarau.


Penata Penanggulangan Bencana Ahli Muda BPBD Majalengka, Rezza Permana, menyatakan bahwa status siaga darurat ini merupakan upaya preventif untuk menghadapi dampak kekeringan. 


"Status siaga darurat ini ditetapkan sebagai upaya pencegahan, kesiapsiagaan, mitigasi, dan penanganan terhadap dampak bencana kekeringan yang bisa terjadi selama musim kemarau," jelas Rezza pada Jumat (10/08).


Berdasarkan hasil pemetaan dan kajian yang telah dilakukan, sekitar 150 ribu warga yang tersebar di 19 kecamatan di Kabupaten Majalengka berpotensi terdampak kekeringan. 


Wilayah yang paling rawan mengalami kekeringan berada di bagian utara Majalengka, seperti Kecamatan Kadipaten dan Kertajati. 


Sementara itu, ancaman karhutla lebih umum terjadi di wilayah selatan kabupaten yang berbukit-bukit.


Untuk menghadapi ancaman tersebut, BPBD Majalengka telah menyiapkan berbagai peralatan dan sarana pendukung, termasuk mobil tangki air untuk mendistribusikan air bersih ke daerah-daerah yang membutuhkan. 


"Seluruh personel BPBD Majalengka pun siap dan bersiaga 24 jam untuk mengatasi dan menanggulangi bencana yang terjadi," ujar Rezza.


Selain itu, BPBD juga telah melakukan koordinasi dengan TNI, Polri, PMI, dan PDAM setempat untuk mengoptimalkan penanganan bencana kekeringan serta karhutla. 


Semua peralatan yang dimiliki BPBD telah dipastikan dalam kondisi baik dan siap digunakan.


Meski risiko dampak kekeringan diperkirakan tidak begitu tinggi karena musim kemarau tahun ini termasuk dalam kategori kemarau basah, Rezza menekankan pentingnya melakukan mitigasi bencana sejak dini. 


"Meski begitu, kita tetap perlu untuk melakukan mitigasi bencana sedini mungkin untuk mengantisipasi risiko yang ditimbulkan," tambahnya.


Informasi ini disadur dari berbagai sumber, bertujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca setia Eksemplar.com.**